Indonesia
This article was added by the user . TheWorldNews is not responsible for the content of the platform.

Singgah di Vihara 2500 Jayanti, Para Biksu Lewati Turunan Tajam dan Seberangi Sungai

Merdeka.com - 32 Biksu melakukan ritual Thudong atau jalan kaki mampir ke Vihara 2500 Buddha Jayanti, di Bukit Wungkal Kasap, Pudakpayung, Banyumanik Semarang. Sejumlah warga dari berbagai kalangan yang berdana untuk membantu kebutuhan logistik selama para biksu istirahat di vihara tersebut.

Berdana merupakan tradisi umat Buddha dengan melepaskan harta yang dimilikinya untuk diberikan kepada para biksu yang membutuhkan pertolongan.

taboola mid article

"Ada juga dia kelurahan di Pakintelan yang ikut nyengkuyung, mereka ikut memasak, mereka ikut menyiapkan panggung acara bahkan berdana juga dengan barang segala macamnya," kata kata Sekretaris Vihara 2500 Buddha Jayanti, Santhipala Wahyudi.

Supaya bisa menuju Vihara Buddha Jayanti, para biksu menuruni tebing yang curam di belakang Vihara Buddhadipa Pakintelan. Lalu menyeberangi arus Sungai Kaligarang hingga naik ke atas bukit Wungkal Kasap.

Tampak anak-anak sekolah dan juga mahasiswa yang menyambut baik kedatangan Bhikku Thudong tersebut. Tidak lupa, mereka juga membawa makanan, minuman, dan berbagai perlengkapan lainnya untuk Bhikku.

Setibanya para Bhikku di Vihara Shima 2500 Buddha Jayanti, mereka disambut oleh masyarakat sambil memberikan taburan bunga. Kemudian, mereka bersama-sama melakukan persembahyangan selama satu jam. Tidak berlangsung lama, para Bhikku pun melanjutkan perjalanan.

"Di sini para Bhikku membacakan Dhammacakkappavattana Sutta atau Sutta tentang ceramah Buddha yang pertama. Karena di sini adalah tempat yang dibuat khusus untuk doa pada para bhikku. Dan kemudian akan melanjutkan perjalanan naik ke Bukit Kasap menuju Kota Ambarawa," lanjut dia.

Kemudian para Bhikku yang melanjutkan perjalanan ini akan beristirahat di Ambarawa, dan melanjutkan perjalanan kembali pada esok hari menuju ke Kabupaten Magelang.

Saat disinggung terkait kesan dari para Bhikku selama singgah di Semarang, ia pun mengaku bahwa para Bhikku sangat senang dan menganggap warga Kota Semarang sangat ramah.

"Kesan mereka itu satu perasa yaitu Indonesia ramah, karena mereka terbatas secara bahasa dalam mengungkapkannya," jelasnya.

Pihaknya tidak menyiapkan penyambutan khusus karena vihara ini letaknya di hutan yang luasnya 82 hektare.

"Jadi Vihara ini 56 tahun ditinggalkan, dan baru empat tahun terakhir diaktifkan lagi," ujarnya.

Dengan adanya kedatangan rombongan biksu Thudong jangan hanya disambut umat Buddha, melainkan juga harus didukung oleh masyarakat berbagai agama yang ada di masing-masing daerah.

Dia juga berpendapat bahwa keberadaan rombongan biksu Thudong menjadi sebuah perayaan yang mampu menyatukan seluruh umat beragama. Sebab ketika biksu Thudong tiba di Semarang dan mampir ke sejumlah vihara, banyak umat lintas agama yang mendukung penuh.

"Ini jadi satu perayaan satu umat beragama. Ada Romo Budi dari Keuskupan Agung Semarang, FKUB Jateng dan Semarang, Pelita, tokoh penghayat juga ada dua lembaga kepercayaan kepada Tuhan YME dan MLKI yang bersatu, umat Buddha berbagai vihara ikut membantu penyambutan," tandasnya.

[cob]